Selasa, 07 Oktober 2014

Cukup beralasan apabila burung cenderawasih disebut-sebut sebagai bird of paradise. Bagaimana tidak, burung yang menjadi maskot Papua ini memang memiliki keindahan dengan warna bulu yang indah. Karena kemolekan warnanya, burung cenderawasih disebut sebagai burung dari surga atau bird of paradise. Bahkan, kabarnya karena keindahannya itu juga burung ini jarang turun ke tanah atau seringnya terbang di udara dan hinggap di dahan pohon. Warna bulu cenderawasih yang mencolok biasanya merupakan kombinasi beberapa warna yang lain seperti hitam, cokelat, oranye, kuning, putih, biru, merah, hijau, dan ungu. Burung ini semakin molek dengan keberadaan bulu memanjang dan unik yang tumbuh dari paruh, sayap, atau kepalanya. Burung cendrawasih yang berbulu indah ini biasanya adalah pejantan. Bulu indah tersebut menjadi modal cenderawasih jantan untuk menarik perhatian betina pada musim kawin. Selain memamerkan keindahan bulu mereka, cenderawasih jantan bahkan melakukan gerakan-gerakan atraktif serupa tarian yang dinamis dan indah untuk merebut perhatian betina. Tiap jenis cenderawasih memiliki jenis tarian dan atraksi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Cenderawasih betina cenderung berukuran lebih kecil dengan warna bulu yang tidak seindah dan sesemarak warna cenderawasih jantan. Warna yang dimiliki burung surga ini bermacam-macam dan menjadi salah satu indikator pengelompokan jenis mereka. Burung cendrawasih dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae, terdiri dari 13 genus dan sekira 43 spesies (jenis). Habitat aslinya di hutan-hutan lebat yang umumnya terletak di daerah dataran rendah dan hanya dapat ditemukan di Indonesia bagian timur terutama pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Kabarnya, Indonesia adalah negara dengan jumlah spesies cendrawasih terbanyak. Diduga terdapat sekira 30 jenis cendrawasih di Indonesia, 28 jenis diantaranya dapat ditemukan di Papua. Burung cenderawasih mati kawat (Seleucidis melanoleuca) adalah jenis yang menjadi maskot atau identitas Provinsi Papua. Selain menjadi maskot Papua, masyarakat di Papua juga sering menggunakan bulu cenderawasih sebagai pelengkap atau hiasan dalam pakaian adat mereka. Sebab keindahan bulunya, keberadaan burung cenderawasih ini kian lama kian terancam. Perburuan dan penangkapan liar untuk tujuan perdagangan serta kerusakan habitat hidup di alam bebas menjadi beberapa penyebab utama kian langkanya burung ini. Bahkan di akhir abad 19 dan awal abad 20, bulu cenderawasih marak diperdagangkan karena menjadi trend penghias topi wanita di Eropa. Tapi kini burung cantik yang eksotis ini dikategorikan sebagai jenis satwa yang dilindungi. Di Indonesia sendiri, beberapa jenis cenderawasih diantaranya cendrawasih kuning kecil, cendrawasih botak, cendrawasih raja, cendrawasih merah, dan toowa telah masuk dalam daftar jenis satwa yang dilindungi berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 dan PP No 7 Tahun 1999. Pemanfaatan bulu burung cenderawasih masih diperbolehkan hanya untuk kepentingan masyarakat lokal dalam menghiasi pakaian adat mereka. Itu pun tentu tidak secara berlebihan dan untungnya masyarakat Papua memiliki kearifan lokal dan adat untuk turut menjaga kelestarian burung ini.
Sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan yang berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotiamemiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).

Spesies

Genus Lycocorax

  • Cenderawasih gagak, Lycocorax pyrrhopterus

Genus Manucodia

  • Manukodia mengkilap, Manucodia atra
  • Manukodia jobi, Manucodia jobiensis
  • Manukodia leher-berkerut, Manucodia chalybata
  • Manukodia jambul-bergulung, Manucodia comrii
  • Manukodia terompet, Manucodia keraudrenii

Genus Paradigalla

  • Paradigala ekor-panjang, Paradigalla carunculata
  • Paradigala ekor-pendek, Paradigalla brevicauda

Genus Astrapia

  • Astrapia arfak, Astrapia nigra
  • Astrapia elok, Astrapia splendidissima
  • Astrapia ekor-pita, Astrapia mayeri
  • Astrapia stephanie, Astrapia stephaniae
  • Astrapia huon, Astrapia rothschildi

Genus Parotia

  • Parotia arfak, Parotia sefilata
  • Parotia karola, Parotia carolae
  • Parotia berlepschi, Parotia berlepschi
  • Parotia lawes, Parotia lawesii
  • Parotia timur, Parotia helenae
  • Parotia wahnes, Parotia wahnesi

Genus Pteridophora

  • Cenderawasih panji, Pteridophora alberti

Genus Lophorina

  • Cenderawasih kerah, Lophorina superba

Genus Ptiloris

  • Toowa cemerlang Ptiloris magnificus
  • Toowa timur Ptiloris intercedens
  • Toowa surga Ptiloris paradiseus
  • Toowa viktoria Ptiloris victoriae

Genus Epimachus

  • Paruh-sabit kurikuri, Epimachus fastuosus
  • Paruh-sabit coklat, Epimachus meyeri
  • Paruh-sabit paruh-hitam, Epimachus albertisi
  • Paruh-sabit paruh-pucat, Epimachus bruijnii

Genus Cicinnurus

  • Cenderawasih belah-rotan, Cicinnurus magnificus
  • Cenderawasih botak, Cicinnurus respublica
  • Cenderawasih raja, Cicinnurus regius

Genus Semioptera

  • Bidadari halmahera Semioptera wallacii

Genus Seleucidis

  • Cenderawasih mati-kawat, Seleucidis melanoleuca

Genus Paradisaea

  • Cenderawasih kuning-kecil, Paradisaea minor
  • Cenderawasih kuning-besar, Paradisaea apoda
  • Cenderawasih raggiana, Paradisaea raggiana
  • Cenderawasih goldi, Paradisaea decora
  • Cenderawasih merah, Paradisaea rubra
  • Cenderawasih kaisar, Paradisaea guilielmi
  • Cenderawasih biru, Paradisaea rudolphi
"Melampitta" Besar
  • Melampitta besar, "Melampitta" gigantea - dikelompokkan di sini untuk sementara

Sebelumnya dikelompokkan di sini

  • Cenderawasih loria, Cnemophilus loriae - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (pematuk buah beri) (Cracraft & Feinstein 2000).
  • Cenderawasih jambul, Cnemophilus macgregorii - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (Cracraft & Feinstein 2000).
  • Cenderawasih dada-kuning, Loboparadisea sericea - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (Cracraft & Feinstein 2000).
  • Penghisap-madu elok (sebelumnya "Cenderawasih elok"), Macgregoria pulchra - baru-baru ini ditemukan sebagai Burung penghisap madu (Cracraft & Feinstein 2000).
  • Melampitta kecil, Melampitta lugubris - beberapa waktu ditempatkan disini sementara; mungkin termasuk Orthonychidae

Hubungan dengan Manusia

Masyarakat di Papua sering memakai bulu Cenderawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu itu penting untuk dibuat topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.
Perburuan burung Cenderawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cenderawasih panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik tahta pada tahun 1955, ternyata bulu burung Cenderawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.
Burung Cenderawasih dewasa digambarkan pada bendera Papua Nugini. David Attenborough telah menyatakan beberapa burung Cenderawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai Cenderawasih botak.

0 komentar:

Posting Komentar